Satu Tahta

Matius 6 : 24

Ketika Tuhan Yesus berkata bahwa seseorang tidak bisa mengabdi kepada dua tuan. Tuhan Yesus menegaskan bahwa hanya ada satu tahta dalam kehidupan setiap insan. Tahta disini maksudnya adalah penguasa yang diakui sebagai majikan yang berdaulat yang kepadaNya segenap hidup dipersembahkan untuk mengabdi. Ingat hanya satu tahta bukan dua, apalagi lebih. Ini merupakan hukum kehidupan yang tidak bisa diubah. Hukum ini sama dengan terang tidak bisa bersatu dengan gelap. Jangan coba menggabungakannya. Apakah tahta tersebut diserahkan kebada Tuhan atau diserahkan kepada musuhNya, tergantung masing-masing individu.

Dalam hal ini masing-masing individu memiliki kebebasan untuk menentukan. Kuasa kegelapan berusaha untuk mengaburkan fakta ini, sehingga banyak orang tidak mengambil sikap dengan segera. Merea merasa masih nyaman walaupun tidak menentukan sikap dengan tegas. Kalau seseorang menunda mengambil sikap, itu berarti si jahat berhasil menggiringnya menuju kegelapan abadi. Memang belum sampai kepada kegelapan abadi, tetapi itu adalah gejala menuju kegelapan tersebut.

Demikian kenyataanya, banyak orang yang menunda untuk menentukan siapa yang bertahta di kehidupannya. Kehidupan berlarut-larut dimana seseorang tidak menentukan siapakah yang bertahta. Tahta kehidupanya berarti ia memilih untuk memberikan tempat kepada sijahat untuk menjadi majikan dalam kehidupannya. Jika hal itu terjadi berarti orang itu memperoleh kemerdekaan untuk berbuat apa saja dengan sesuka hati. Itulah bonus kehidupan orang yang memiliki si jahat menjadi majikan dalam kehidupannya. Bahkan dia sendiri juga boleh bertahta di tahta kehidupannya.

Berbeda dengan orang memberikan tahta kehidupannya bagi Tuhan, maka ia harus bersedia terbelenggu. Ia tidak bisa lagi merdeka melakukan segala sesuatu yang diingininya. Hidupnya mulai akan dikontrol secara ketat. Ia tidak bisa suka-suka melangkah setiap saat. Setiapkali melangkah harus dimulai dengan pernyataan “jika Tuhan menghendaki”. Jika Tuhan menghendaki berarti ia tidak boleh bergerak, walaupun desakan hatinya kuat. Orang yang memberikan tahta kehidupannya bagi Tuhan akan berusaha mengenal Dia, mengerti isi hatiNya untuk dilakukan. Ia akan berhenti memanfaatkan Tuhan. Tetapi akan mulai melakukan segala sesuatu untuk kepantinganNya.